Depresi adalah salah satu jenis gangguan mental yang rentan dialami
oleh Generasi Z atau Gen Z. Berdasarkan penelitian University College London,
tingkat depresi Gen Z dua pertiga lebih tinggi daripada millenial.
Melansir dari McKinsey Health Institute, menurut survei Gen Z
Global 2022, perempuan Gen Z dua kali lipat lebih berisiko memiliki kesehatan
mental yang buruk jika dibandingkan dengan laki-laki. Sebagian besar negara
menunjukkan bahwa Gen Z memiliki kesehatan mental yang buruk tanpa ada penyebab
pasti.
Namun, McKinsey Health Institute menarik kesimpulan bahwa ada
beberapa faktor khusus usia yang dapat memengaruhi kesehatan mental Gen Z,
seperti tahap perkembangan, tingkat keterlibatan dengan layanan kesehatan,
sikap keluarga atau masyarakat, dan media sosial.
Bagaimana cara
membangun mental sebagai generasi z yang sering dianggap lemah ?
hal
yang perlu diperhatikan antara lain :
1. Bangun Kebiasaan Positif
Memiliki kebiasaan
yang positif bisa dimulai dari hal kecil seperti bangun pagi dan membiasakan
diri untuk olahraga teratur. Dengan menerapkan cara ini, kamu akan merasa lebih
produktif dan memiliki lebih banyak waktu untuk merencanakan harimu ke depan. Di
samping itu, memiliki kebiasaan positif yang konsisten, emosi pun akan lebih
terjaga. Ini lantaran hati yang lebih tenang karena perencanaan lebih matang.
2. Rencanakan Waktu Istirahat
Banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa kurang
tidur memiliki efek negatif yang signifikan terhadap kondisi mental seseorang.
Untuk itu, kamu harus merencanakan waktu istirahat atau tidur pada waktu yang
teratur setiap hari demi menjaga stabilitas mental.
3. Afirmasi Diri
Cara kamu berpikir tentang diri sendiri memiliki efek
yang kuat pada stabilitas mentalmu. Seseorang yang memandang dirinya dan
hidupnya secara negatif dapat juga merasakan efek negatifnya. Sebaliknya,
ketika memiliki kebiasaan menggunakan kata-kata yang membuat lebih positif,
tanpa disadari kita pun jadi lebih optimis.
4. Validasi Emosi
Validasi merupakan kemampuan mengakui dan menerima
emosi yang dirasakan. Ini juga menjadi hal penting lain untuk menjaga kesehatan
mental. Kita memerlukan latihan dan refleksi diri secara rutin agar bisa
memvalidasi emosi diri. Saat melakukan validasi emosi, refleksi yang akurat dan
jujur bisa membantu proses penerimaan diri, tetapi jika masih sulit
melakukannya tak ada salahnya meminta bantuan profesional melalui konseling.
5. Ekpresikan Kebaikan
Berbuat baik tak hanya berdampak positif pada orang
yang kita bantu, tetapi juga untuk diri sendiri. Membantu orang lain berarti
kamu membentuk self-esteem yang lebih sehat karena dapat menemukan makna dan
menumbuhkan manfaat hidup kita sendiri.